Monday 23 February 2009

Ketakutan Terhadap Islam, Penguasa Sekular Terus Menangkapi Para Pejuang Khilafah di Kyrgyzstan

Rezim penguasa sekular di Asia Tengah merasa ketakutan terutama ketika kejahatan mereka terungkap karena tidak menerapkan syariah Islam. Ketakutan penguasa itu mengharuskan mereka untuk menangkapi para pengemban dakwah di Asia Tengah. Seorang laki-laki yang menyebarkan leaflet sebuah gerakan Islam di Uzbekistan ditangkap di Pasar Dorgoy di Bishkek, Rabu, 18/02/09, kata sumber Menteri Dalam Negeri Kyrgyz kepada Interfax.
Menurut sumber tersebut, sebanyak 524 buah selebaran dan sebelas brosur Partai Hizbut Tahrir dirampas dari seorang pemuda warga Uzbekistan yang masih berumur 20 tahun.
“Dua aktivis Hizbut Tahrir lainnya ditawan di Kara-Suu di wilayah selatan daerah Osh pada 19 Februari. Satu orang di antara mereka membawa 34 buah keping CD dan empat buah buku organisasi itu,” kata sumber lagi. Sementara yang lainnya membawa 116 keping CD, enam buak kaset audio dan 26 buku agama.
Beberapa hari sebelumnya dikabarkan, di daerah Issyk-Kul Kyrgyzstan para pendukung Hizbut Tahrir juga ditangkapi. Menurut layanan pers departemen dalam negeri, di sebuah rumah seseorang warga yang berumur 33 tahun di kota Karakol ditemukan empat buku dan 40 buklet Hizbut Tahrir.
Selain itu, aparat penegak hukum rezim sekular Kygyz menangkap seorang pemuda berumur 23 tahun di daerah Jety Oguz. Enam buah buku dan dua selebaran partai tersebut disita.
Di Kyrgyzstan, penahanan para pendukung Hizbut Tahrir ini hampir terjadi setiap pekan. Menurut para pengamat, partai politik tersebut baru-baru ini semakin kuat dan pengaruhnya meluas ke bagian selatan wilayah Kyrgyzstan hingga bagian utara.
Seruan Pada Syariat Menjadi Ancaman
Ya, bagi pemerintah sekular di Asia Tengah, penyebaran kebenaran Islam, seperti halnya yang dibawa oleh para Khalifah Rasyidin, Abu Bakar ra, Umar bin Khaththab ra, Utsman bin Affan ra, dan Ali bin Abi Thalib ra, benar-benar merupakan suatu ancaman. Para Khalifah kaum Muslim itu menyerukan untuk meninggalkan aturan-aturan kufur dan menegakkan hukum syariah.
Penangkapan terhadap para pengemban dakwah aktivis Hizbut Tahrir yang tekenal dalam perjuangannya tanpa menggunakan kekerasan dan senantiasa memberikan solusi yang mencerdaskan ini menunjukkan kekalahan rezim penguasa Kyrgyzstan dalam menghadapi debat intelektual dari gerakan ini. Ketidaksanggupan penguasa korup yang takut makarnya terungkap, lagi-lagi melakukan tuduhan untuk menghentikan gerak laju gerakan tersebut. Ekstrimisme dan radikal selalu ditempelkan kepada gerakan ini oleh para penguasa di Asia Tengah.
Hizbut Tahrir merupakan gerakan global yang menginginkan kehidupan Islam berjalan kembali di muka bumi ini. Menurut gerakan ini kehidupan Islam tersebut hanya bisa berjalan secara sempurna melalui metode penegakkan kembali Khilafah Islamiyyah. Gerakan ini berdiri pada tahun 1953 di Al-Quds, Palestina oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani.
Saat ini, seruan Khilafah yang dikumandangkan oleh gerakan ini terus menguat mulai dari Maroko hingga Merauke, dari London hingga Los Angeles. Meningkatknya seruan untuk kembali kepada Islam ini membuat berbagai kalangan ketakutan, dan mereka berupaya dengan berbagai cara untuk menghentikan laju seruan Islam yang dibawa oleh gerakan ini.
Seperti di Zaman Sahabat
Apa yang menimpa para pejuang Islam hari ini hampir mirip dengan apa yang telah menimpa kelompok sahabat di bawah pimpinan Nabi Muhammad Saw. Ketika dakwah Islam semakin menguat, menjadikan para penguasa kafir Quraisy melakukan berbagai upaya untuk menghentikan dakwah Rasulullah Saw tersebut.
Kelompok Rasul Saw dan para sahabat menghadapi berbagai perlawanan dakwah, mulai dari penganiayaan, propaganda negatif, hingga pemboikotan. Padahal Rasulullah Saw dan para sahabatnya sewaktu di Mekkah tak pernah menggunakan kekerasan. Mereka hanya menyeru kepada Islam. Tetapi seruan kepada kalimah tauhid Laa’ilaaha illallah muhammad rasulullah itu telah menjadi ancaman bagi para petinggi Quraisy.
Akhirnya ujian dakwah yang menyakitkan menguji keimanan para sahabat. Namun, berbagai ujian tersebut tidak memadamkan cahaya kebenaran, malah sebaliknya Islam semakin tersebar hingga akhirnya datanglah pertolongan Allah Swt. melalui kesiapan penduduk Yastrib untuk dipimpin oleh Rasulullah Saw. Sejak itu Islam pun menyebar ke seluruh negeri di dunia. Insya Allah, kebangkitan Islam kali kedua pun akan terjadi kembali! (syabab.com, 21/02/09)

Thursday 5 February 2009

Little Ones… Still Smiling!

Oh they killed all the little ones
While their faces still smiled
With their guns and the fury
They erased their young lives.

No longer to laugh
No longer to be a child
Oh they’ve killed all the little ones
While their faces still smiled.
Now they’re burying the little ones
And they’re making the graves deep
So the world cannot see
That tonight we may sleep.

Wednesday 4 February 2009

Math Genius

I do not know if the following is true, but someone attributed this to Hazrat Ali ibn Abi-Taalib (May Allah be pleased with him) as a Math Genius:

One Day a person came to Hazrat Ali (May Allah be pleased with him), thinking that people say "Ali is too smart;" I'll ask him such a tough question that he won't be able to answer and I'll embarrass him in front of all Arabs.

He asked, "Ali, can you tell me a number, that if we divide it by any number from 1-10 the answer will always come in the form of a whole number and not as a fraction." Ali Looked back at him and said, "Take the number of months in a year, multiply it with number of days in a month (30), and multiply that with the number of days in a week and you will have your answer." The person did not believe Ali. He checked the answer and found it was correct. The number was 12 x 30 x 7 = 2520

A person was about to die, and before dying he wrote his Will, "I have 17 Camels, and I have three sons. Divide my Camels in such a way, that My eldest son gets half of them, the second one gets 1/3rd of the total and my youngest son gets 1/9th of the total number of Camels."

After his death when the relatives read his will they got extremely perplexed and said to each other that how can we divide 17 camels like this.

So after a long hard thought they decided that there was only one man in Arabia who could help them: "Ali Ibn Abi- Taalib (May Allah be pleased with him)." So they all came to him and put forward their problem. Ali(May Allah be pleased with him) said, "Ok. I will divide the camels as per the man's will; I will lend one of my camels to the total which makes it 18; now lets divide as per his will."
The Eldest gets 1/2 of 18 = 9
The second one gets 1/3 of 18 = 6
and The Youngest gets 1/9 of 18 = 2

That distributes 17 camels.

Then Ali (May Allah be pleased with him) said, "Now I will take my Camel back." subhanAllah...

Memilih Hidup Sekali Lagi

Dikisahkan, Tuhan setiap saat mendengar keluh kesah, ketidakpuasan, dan penderitaan dari makhluk ciptaan-Nya. Pada suatu ketika, Tuhan ingin sekali tahu bagaimana jika semua makhluk tersebut diberi kesempatan memilih hidup sekali lagi, ingin menjadi apakah masing-masing dari mereka? Maka, Tuhan pun bertanya kepada semua makhluk ciptaan-Nya.Saat itu, tikus dengan cepat menjawab, "Jika diberi kesempatan memilih, aku ingin menjadi kucing. Enak jadi kucing, dia bisa bebas merdeka berada di dapur, disediakan makanan, susu, dan dielus-elus oleh manusia."Kucing pun dengan sigap menjawab, "Kalau bisa memilih, aku ingin jadi tikus. Kepandaian tikus mengelilingi lorong-lorong rumah membuat orang serumah kewalahan, dan tikus bahkan bisa mencuri makanan yang tidak bisa aku santap. Hebat sekali menjadi seekor tikus."

Ayam menjawab, "Pasti aku ingin menjadi seekor elang. Lihatlah langit di atas sana, elang tampak begitu perkasa mengepakkan sayapnya yang indah di angkasa luas, membuat semua makhluk iri, ingin menjadi seperti dirinya. Tidak seperti diriku, setiap hari mengais makanan, terkurung dan tidak memiliki kebebasan sama sekali."Sebaliknya, si elang segera menjawab, "Aku mau menjadi seekor ayam. Ayam tidak perlu bersusah payah terbang kesana-kemari untuk mencari mangsa. Setiap hari sudah disediakan makanan oleh petani, diberi suntikan untuk mencegah penyakit, dan ayam begitu terlindung di dalam kandang yang nyaman, bebas dari hujan dan panas."

Saat pertanyaan yang sama diberikan pada manusia, ternyata perempuan dan lelaki pun memberikan jawaban yang beda. Si perempuan menjawab, "Saya ingin menjadi laki-laki. Pemimpin besar dan yang hebat-hebat adanya pasti di dunia laki-laki, Menjadi perempuan sangatlah menderita, harus selalu melayani, bertarung nyawa melahirkan anak, kemudian membesarkan mereka, ini adalah pekerjaan yang sangat melelahkan."Kaum lelaki pun tak urung ikut menjawab, "Aku mau jadi perempuan. Halus budi bahasanya, tidak perlu bekerja keras menghidupi keluarga, selalu disayang, dilindungi dan dimanjakan. Ingat, tidak ada pahlawan yang lahir tanpa seorang perempuan, surga saja ada di bawah telapak kaki ibu atau perempuan."

Setelah mendengar semua jawaban para mahluk ciptaan-Nya, Tuhan pun memutuskan tidak memberi kesempatan untuk memilih lagi. Maka, setiap makhluk akan kembali menjadi makhluk yang sama.Ada pepatah yang mengatakan, "Rumput tetangga selalu lebih hijau dibandingkan dengan rumput di kebun sendiri." Hal tersebut sejalan dengan kisah di atas. Memang, tak bisa dimungkiri jika manusia kadang justru lebih sering memikirkan kelebihan, kebahagiaan, dan kesuksesan orang lain. Hal ini membuat orang acap kali mengabaikan apa yang sudah dimilikinya. Tak heran, jika pikiran selalu dipenuhi dengan perasaan tersebut, maka hidup akan selalu menderita akibat terbiasa selalu membanding-bandingkan.

Padahal, tahukah kita jika orang yang kita pikirkan justru mungkin berpikir sebaliknya?Maka, dengan mampu menerima dan bersyukur apa adanya atas apapun yang kita miliki adalah kebijaksanaan. Dan, bisa ikut berbahagia melihat kebahagiaan dan kesuksesan orang lain adalah kekayaaan mental.Mari, cintai apa yang kita miliki, hidup pasti akan lebih berarti. Maka, kita akan bisa menyongsong kegembiraan dan kebahagiaan sejati. Salam sukses luar biasa !!! Andrie Wongso

Nutrisi Pengemban Dakwah

Ketika wajah ini lelah memikirkan dunia, maka berwudhulah
Ketika tangan ini letih menggapai cita-cita, maka bertakbirlah
Ketika pundak tak kuasa memikul amanah, maka bersujudlah

Mendekatlah, berserah dengan ikhlas hanya kepada NYA
Agar tunduk disaat yang lain angkuh
Agar teguh disaat yang lain runtuh
Agar tegar disaat yang lain terlempar

HasbunAlloh wani'mal wakil
Ni'mal maula wanni'man nashir

Tuesday 3 February 2009

Dampak Perang, Anak-Anak Gaza Ciptakan "Alfabet Baru"


Perang brutal Israel yang dilancarkan ke Jalur Gaza selama 22 hari melekat kuat dalam ingatan anak-anak Gaza. Sedemikian melekatnya, sehingga anak-anak Gaza memaknai susunan abjad dalam alfabet dengan kata-kata yang berkaitan dengan peperangan yang baru saja mereka alami. Shaimaa, seorang siswi sekolah dasar di Gaza berusia 10 tahun, tidak lagi menuliskan huruf A misalnya, untuk kata "Apple" atau huruf B untuk kata "Ball". Shaimaa lebih memilik kata "Apache" (jenis helikopter tempur yang digunakan Israel saat menyerang Gaza) untuk huruf A, kata "Blood" (darah) untuk huruf B, kata Coffin (peti mati) untuk huruf C dan kata "Destruction" (kehancuran) untuk huruf D dan seterusnya. Shaimaa menuliskan koleksi kata-kata semacam itu untuk semua alfabet dalam buku catatannya yang berwarna-warni. Shaimaa bahkan menyatakan, alfabet yang dibuatnya itu harus dipadukan ke dalam kurikulum sekolah karena lebih cocok digunakan untuk belajar sehari-sehari di sekolah. Hampir semua anak-anak Gaza melakukan hal yang sama dengan Shaimaa. Mereka membuat membuat kata-kata dari susunan alfabet berdasarkan pengalaman mereka melihat dan merasakan sendiri kekejaman Israel dalam perang yang baru saja usai. Seorang guru di Gaza bernama Amal Yunis mengakui banyak anak-anak tingkat taman kanak-kanak di kelasnya yang juga menggunakan kata-kata yang hampir sama dengan yang digunakan Shaimaa. Ia menceritakan pengalamannya ketika mengajar di dalam kelas, ia menempelkan gambar apel (Apple), bunga (Flower) dan kelinci (Rabbits) dengan warna-warna yang mencolok dengan maksud membuat anak-anak senang melihatnya. Amal lalu bertanya pada murid-muridnya,"Anak-anak, siapa yang tahu kata yang diawali dengan huruf 'F'? Seorang muridnya bernama Amgad menjawab,"Saya tahu, Bu. 'F' untuk 'F-16' (jenis pesawat tempur yang digunakan Israel)." Yunis berusaha menjelaskan dan meyakinkan murid-muridnya bahwa jawaban yang benar adalah "Flower". Tapi ia makin terkejut ketika siswa-siswi kecilnya malah memberikan kata-kata yang lain seperti "Fear" (takut), "Flee" (mengungsi) dan "Fire" (api, kebakaran). Serangan keji Israel ke Gaza membuat anak-anak di Gaza kini akrab dengan bahasa-bahasa yang merefleksikan pengalaman mengerikan mereka selama perang berlangsung. Seorang ibu bernama Umi Faras mengatakan, anak-anaknya kini lebih banyak memperbincangkan tentang perang, pemboman dan kematian. Salah seorang anak lelaki Umi Faras yang masih berusia tiga tahun, sampai sekarang bahkan masih suka gemetar dan menjerit ketakutan jika mendengar suara-suara bising di luar rumah. "Dia akan menangis dan berteriak, 'ibu .. bom, bom'," tutur Umi Faras. Lain lagi dengan Alaa Al-Shawwa, seorang anak perempuan Gaza berusia 6 tahun. Ia tidak percaya dengan dongeng-dongeng yang diceritakan ibunya sebelum ia tidur. Ala selalu mengatakan pada orang tuanya, "Tidak Bu. Anak perempuan berbaju merah itu tidak dimakan oleh srigala. Tapi dia dibunuh oleh orang-orang Israel." Perilaku anak-anak di Gaza, seperti Shaimaa atau Al-Shawwa menunjukkan bahwa mereka mengalami masa-masa yang menakutkan dan penuh tekanan selama berminggu-minggu serangan brutal Israel. Trauma akibat perang telah merampas sifat anak-anak mereka. "Mereka lupa apa itu damai, gembira dan lucu. Mereka cuma ingat tentang perang, darah dan kematian," kata Fadl Abu Hayen, direktur Center for Social Rehabilitation and Crisis Management. Itulah gambaran anak-anak di Gaza sekarang, mereka kehilangan masa kanak-kanak yang seharusnya bisa mereka nikmati dengan keriangan dan kehangatan. Sebuah studi yang dilakukan Universitas Queen, Kanada menyebutkan bahwa pola kekerasan yang dialami anak-anak Palestina mengakibatkan dampak psikologis yang sangat serius dan butuh waktu bertahun-tahun untuk memulihkannya. (ln/iol)

Monday 2 February 2009

Tak bisa memiliki


by Samsons
Apakah yang engkau cari

Tak kau temukan di hatiku

Apakah yang engkau inginkan

Tak dapat lagi ku penuhi


Begitulah aku

Pahamilah aku


Mungkin aku tidaklah sempurna

Tetapi hatiku memilikimu sepanjang umurku

Mungkin aku tak bisa memilikiDirimu seumur hidupku

Sunday 1 February 2009

IBU PENDIDIK UTAMA DAN PERTAMA


Tidak dapat dipungkiri bahwasanya kehadiran orang tua terutama ibu dalam perkembangan jiwa anak amatlah penting. Hubungan emosional antara seorang ibu dan anak tidak akan pernah bisa dikebiri, hal ini menjadi sangat lumrah dikarenakan seorang anak merupakan darah daging seorang ibu yang dengan hal tersebut menjadikan seorang ibu berperan menjadi orang yang paling pertama dan utama dalam tumbuh kembang seorang anak manusia
Namun seiring derasnya nilai-nilai bercorak kapitalis-materialis di alam kehidupan sekuler ini, peran penting seorang ibu dalam perkembangan anak seolah terusik dan teralihkan ke peran-peran sekunder yang cenderung berbasis motif ekonomi. Kita bisa melihat banyaknya para ibu yang lebih cenderung untuk meniti karir di luar rumah , baik dengan alasan ekonomi maupun dalam rangka aktualisasi dirinya di sektor publik, tanpa menghiraukan perannya di sector domestik (keluarga) yang dalam kacamata kapitalis dinilai tidak produktif.
Ketika hal ini menjadi hal yang liebih diutamakan dibandingkan dengan berperan dalam perkembangan dan pendidikan anak, maka yang terjadi justru bukanlah suatu kebahagiaan, tetapi sebuah kecemesan, perasaan bersalah dan juga stress. Yang semuanya dikarenakan konflik peran yang dimainkannya. Misalnya seorang wanita yang berkarir di kantor yang tetap harus masuk kerja walaupun anaknya pada saat yang bersamaan sedang sakit, ataupun dimana seorang wanita karir harus menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan di kantornya sementara keluarga lainnya tengah bersantai bersama. Walaupun bukan berarti para ibu yang tidak berkarir di luar rumah mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam peran perkembangan dan pendidikan anak.
Terusiknya peran ibu dalam perkembangan dan pendidikan anak juga tidak sedikit dipengaruhi oleh propaganda pemikiran feminis yang katanya memperjuangkan hak-hak perempuan. Kita bisa lihat bagaimana isu kesetaraan gender yang absurd itu ditelan mentah-mentah oleh kebanyakan perempuan saat ini, yang akhirnya membuat para perempuan berlomba-lomba untuk mendapat peran di sector public sebanyak-banyaknya seraya meninggalkan kodratnya sebagai perempuan dan sebagai seorang ibu dengan segala potensi keibuannya. Propaganda ini sejatinya telah memberikan peluang terjadinya konflik permberian peran bagi perempuan yang justru tidak sesuai dengan potensi alami perempuan
Melihat permasalahan ini, tidak lantas kita berfikir semua adalah kesalahan individu seorang ibu. Karena selain motif-motif di atas yang dijadikan tameng oleh seorang ibu untuk mengabaikan perannya dalam perkembangan dan pendidikan anak, ada hal lain yang menjadikan peran ibu terabaikan. Misalnya kebijakan pemerintah yang justru mendorong terjadinya pengabaian peran ibu, hal ini dapat dilihat (1) adanya upaya mengukur keberhasilan kesejahteraan masyarakat dengan angka partisipasi kerja ibu di luar rumah yang akhirnya menggriring para ibu berbondong-bondong ke luar rumah, kebijakan jam kerja yang sama dengan laki-laki, kebijakan cuti yang pendek sehingga tidak dapat memberika ASI ekslusif dan lain-lain (2) lapangan kerja untuk laki-laki tidak cukup tersedia, sehingga peluang kerja yang ada lebih banyak untuk perempuan (3) minimnya perhatian pemerintah dalam hal peningkatan kualitas ibu
Hilangnya peran dan fungsi seorang ibu pada perkembangan dan pendidikan anak, tak pelak berakibat pada hilangnya pembinaan, bimbingan, kasih sayang, perhatian ibu terhadap diri seorang anak. Dalam kondisi seperti ini, hal yang pasti terjadi adalah terputusnya hubungan kasih sayang antara ibu dan anak yang berujung pada resiko gangguan perkembangan kepribadian anak, baik mental, intelektual maupun emosional bahkan perkembangan psikososial dan spiritualnya. Jika saja ini yang terjadi, sudah dapat kita tebak generasi macam apa yang kelak akan muncul.Tentunya menjadi PR kita semua yang menginginkan generasi masa depan adalah generasi pemimpin, pejuang dan pengayom umat untuk mengubah fenomena ini. Namun lebih tepatnya, fenomena ini tidak akan berubah sesuai harapan kita, kecuali dengan melibatkan seluruh pihak, baik individu, masyarakat, dan penguasa (Negara). Wallahu a’lam bisshowab

O, lest the world should task you to recite
What merit lived in me, that you should love
After my death, dear love forget me quite
For you in me can nothing worthy prove
Unless you would devise some virtuous lie
To do more for me than mine own desert
And hang more praise upon deceased I
Than niggard truth would willingly impart
O lest your true love may seem false in this
That you for love speak well of me untrue
My name be buried where my body is
And live no more to shame nor me or you
For I am shamed by that which I bring forth
And so should you to love things nothing worth

BUMI JIHAD PALESTINA



Ketika laras senapan meretakkan tulang-tulang
Ketika anjing-anjing Zionis merobek kehormatan
Ketika dengan batu dan iman kami bertahan
Ketika timah panas melenyapkan kesadaran
Sedang apakah kalian?

Dulu aku pernah punya rumah
Ditengah-tengah wilayah
Aku hidup dengan ibu dan ayah
Namun kini semua tinggallah kisah
Rumahku rata dengan tanah
Digusur Israel yang haus darah

Sejak ayah menemui syahadah
Pada peristiwa selasa merah
Aku dan ibu pindah ke Ramallah
Disana kami hidup dibawah kemah

Akupun sudah tidak bersekolah
Aku terus berjihad hingga saat peristiwa Jabariyah
Tujuh muslim mendapatkan syahadah
Aku turut mengantarkan jenazah
Bersama kaum muslimin yang marah
Sejak itu dimulailah intifadah
Akupun ikut tanpa rasa gundah
Hari-hariku kini sungguh indah
Dengan para ikhwan tak kenal lelah
Usir Israel dengan izzah
Dari bumi yang penuh bersejarah
Intifadah Mubarak jayalah
Raga darah dan airmata dipersembahkan
Untuk mengusir perampok Israel jahannam
Ya Robbi, berikan saudara kami kemenangan
Sungguh Palestina adalah bumi Islam
Lihatlah itu para penipu kelas atas
Tak bosan-bosan ingin terus naik pentas
Lantaran ngeri dengan hujan batu
Yang deras dari tangan para mujahidin yang ikhlas
Tawarkan perdamaian yang keliatan manis
Namun suara saudara kami tetap jelas
Serta pendirian mereka tetap tegas
Tak sudi hidup hina apalagi tertindas
Mereka kan terus maju bersama HAMAS
Lalu bagaimana dengan kita? Akankah kita bisa seperti mereka?

AKU KELABU

Denyut nadi terus mengalir
Menggapai asa tak berakhir
Hamparan riak tampak riang
Harapan jiwa usai menghilang

Ku duduk berfikir
Bertanya diri tentang hati
Goresan luka kian menyayat
Rindukan nirwana yang tak tersirat

Detikku berlalu tanpa bahagia
Namun terus berharap menjadi niscaya

Aku kelabu
Merayu diriku
Menandu sembilu

Aku kelabu
Menyapu rintihku
Menyatu padu mengharapmu

Aku kelabu
Harapku nadiku
berpadu tak pernah mati untukmu

To be loved is a beautiful gift.. that to be not is a great pain...