Sunday 1 February 2009

IBU PENDIDIK UTAMA DAN PERTAMA


Tidak dapat dipungkiri bahwasanya kehadiran orang tua terutama ibu dalam perkembangan jiwa anak amatlah penting. Hubungan emosional antara seorang ibu dan anak tidak akan pernah bisa dikebiri, hal ini menjadi sangat lumrah dikarenakan seorang anak merupakan darah daging seorang ibu yang dengan hal tersebut menjadikan seorang ibu berperan menjadi orang yang paling pertama dan utama dalam tumbuh kembang seorang anak manusia
Namun seiring derasnya nilai-nilai bercorak kapitalis-materialis di alam kehidupan sekuler ini, peran penting seorang ibu dalam perkembangan anak seolah terusik dan teralihkan ke peran-peran sekunder yang cenderung berbasis motif ekonomi. Kita bisa melihat banyaknya para ibu yang lebih cenderung untuk meniti karir di luar rumah , baik dengan alasan ekonomi maupun dalam rangka aktualisasi dirinya di sektor publik, tanpa menghiraukan perannya di sector domestik (keluarga) yang dalam kacamata kapitalis dinilai tidak produktif.
Ketika hal ini menjadi hal yang liebih diutamakan dibandingkan dengan berperan dalam perkembangan dan pendidikan anak, maka yang terjadi justru bukanlah suatu kebahagiaan, tetapi sebuah kecemesan, perasaan bersalah dan juga stress. Yang semuanya dikarenakan konflik peran yang dimainkannya. Misalnya seorang wanita yang berkarir di kantor yang tetap harus masuk kerja walaupun anaknya pada saat yang bersamaan sedang sakit, ataupun dimana seorang wanita karir harus menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan di kantornya sementara keluarga lainnya tengah bersantai bersama. Walaupun bukan berarti para ibu yang tidak berkarir di luar rumah mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam peran perkembangan dan pendidikan anak.
Terusiknya peran ibu dalam perkembangan dan pendidikan anak juga tidak sedikit dipengaruhi oleh propaganda pemikiran feminis yang katanya memperjuangkan hak-hak perempuan. Kita bisa lihat bagaimana isu kesetaraan gender yang absurd itu ditelan mentah-mentah oleh kebanyakan perempuan saat ini, yang akhirnya membuat para perempuan berlomba-lomba untuk mendapat peran di sector public sebanyak-banyaknya seraya meninggalkan kodratnya sebagai perempuan dan sebagai seorang ibu dengan segala potensi keibuannya. Propaganda ini sejatinya telah memberikan peluang terjadinya konflik permberian peran bagi perempuan yang justru tidak sesuai dengan potensi alami perempuan
Melihat permasalahan ini, tidak lantas kita berfikir semua adalah kesalahan individu seorang ibu. Karena selain motif-motif di atas yang dijadikan tameng oleh seorang ibu untuk mengabaikan perannya dalam perkembangan dan pendidikan anak, ada hal lain yang menjadikan peran ibu terabaikan. Misalnya kebijakan pemerintah yang justru mendorong terjadinya pengabaian peran ibu, hal ini dapat dilihat (1) adanya upaya mengukur keberhasilan kesejahteraan masyarakat dengan angka partisipasi kerja ibu di luar rumah yang akhirnya menggriring para ibu berbondong-bondong ke luar rumah, kebijakan jam kerja yang sama dengan laki-laki, kebijakan cuti yang pendek sehingga tidak dapat memberika ASI ekslusif dan lain-lain (2) lapangan kerja untuk laki-laki tidak cukup tersedia, sehingga peluang kerja yang ada lebih banyak untuk perempuan (3) minimnya perhatian pemerintah dalam hal peningkatan kualitas ibu
Hilangnya peran dan fungsi seorang ibu pada perkembangan dan pendidikan anak, tak pelak berakibat pada hilangnya pembinaan, bimbingan, kasih sayang, perhatian ibu terhadap diri seorang anak. Dalam kondisi seperti ini, hal yang pasti terjadi adalah terputusnya hubungan kasih sayang antara ibu dan anak yang berujung pada resiko gangguan perkembangan kepribadian anak, baik mental, intelektual maupun emosional bahkan perkembangan psikososial dan spiritualnya. Jika saja ini yang terjadi, sudah dapat kita tebak generasi macam apa yang kelak akan muncul.Tentunya menjadi PR kita semua yang menginginkan generasi masa depan adalah generasi pemimpin, pejuang dan pengayom umat untuk mengubah fenomena ini. Namun lebih tepatnya, fenomena ini tidak akan berubah sesuai harapan kita, kecuali dengan melibatkan seluruh pihak, baik individu, masyarakat, dan penguasa (Negara). Wallahu a’lam bisshowab

1 comment:

Anonymous said...

Lucky Club Casino Site - Live Dealer Review by LuckyClub
Lucky Club luckyclub.live is the place to go for live casino games. Read our review and discover the site's bonus, safety and other important factors.